BeltimKaya.Com | JSCgroupmedia ~ Masyarakat Kecamatan Manggar, Kabupaten Belitung Timur, kembali mengeluhkan kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) jenis pertalite yang terjadi dalam beberapa hari terakhir.
Kelangkaan ini semakin mempengaruhi kehidupan sehari-hari warga yang sangat bergantung pada pasokan BBM untuk memenuhi kebutuhan transportasi.
Dari pantauan langsung di lapangan pada Senin (13/10/2025), kondisi antrean di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Desa Padang, Kecamatan Manggar, terlihat semakin memprihatinkan.
Antrean kendaraan—baik roda dua maupun roda empat—terlihat mengular hingga ratusan meter. Bahkan, antrean panjang ini meluber hingga ke badan jalan, mengganggu kelancaran lalu lintas dan mobilitas pengendara lainnya.
Kondisi yang Memprihatinkan
Menurut Ratih, seorang warga Desa Padang, Kecamatan Manggar, merasa sangat tertekan dengan kondisi kelangkaan BBM yang terus berulang. “Sangat miris sekali, karena di Belitung Timur ini kalau bukan BBM yang langka, pasti gas LPG 3 kg yang langka.

Coba diperbaiki tatanannya, saya sebagai masyarakat sangat resah ini,” ungkap Ratih, yang mengaku rela menunggu berjam-jam di SPBU untuk bisa mengisi bahan bakar.
Ratih bukan satu-satunya yang merasa cemas. Sejumlah warga lainnya juga mengeluhkan ketidakpastian pasokan BBM yang sering terjadi. Sebut saja Yanto (50), warga Desa Kurnia Jaya, menilai kelangkaan BBM ini bukanlah hal baru.
Bahkan, ia menilai bahwa permasalahan ini terjadi hampir setiap tahun tanpa adanya solusi nyata dari pihak terkait. “Silahkan Pemkab Beltim koordinasikan dengan pihak Pertamina, karena semakin hari kendaraan semakin bertambah, sedangkan pasokan BBM mungkin agak kurang atau ada keterlambatan,” katanya, berharap adanya perhatian lebih dari pemerintah daerah dan Pertamina.
Antrean Panjang, Dampak pada Kehidupan Sehari-hari
Kelangkaan BBM jelas berdampak besar pada mobilitas masyarakat. Bagi banyak warga, BBM bukanlah sekadar barang konsumsi, melainkan kebutuhan vital yang mendukung kelangsungan aktivitas sehari-hari. Salah satunya adalah Rizal, seorang warga Desa Lalang yang bekerja sebagai pengantar air tangki.
Ia menceritakan bahwa antrean panjang di SPBU sering menghambat pekerjaannya. “Kondisi gini kan bikin waktunya jadi molor karena harus antre dulu, bisa lama banget,” keluh Rizal, yang mengharapkan adanya solusi cepat untuk masalah ini.
Bagi Rizal dan pekerja lainnya, keterlambatan ini bukan hanya merugikan waktu, tetapi juga berdampak pada efisiensi pekerjaan yang terganggu. Bagi mereka yang memiliki jadwal padat, kelangkaan BBM membuat pekerjaan mereka tidak berjalan optimal, bahkan bisa merugikan penghasilan harian.
Masalah Lama yang Tak Kunjung Selesai
Fenomena kelangkaan BBM di Belitung Timur, yang kerap berulang, menimbulkan pertanyaan besar tentang bagaimana manajemen pasokan energi di daerah ini.
Kelangkaan tidak hanya mengganggu kehidupan sehari-hari masyarakat, tetapi juga berdampak pada sektor-sektor yang bergantung pada pasokan energi. Seperti yang dikeluhkan oleh Retno, “Miris banget ya, di Belitung Timur ini, kalau bukan gas, pasti BBM yang langka.
Sedikit-sedikit gas langka, sedikit-sedikit BBM langka,” ujarnya, menggambarkan frustrasi masyarakat yang merasa tatanan pasokan energi belum tertata dengan baik.
Tidak hanya warga biasa, kelangkaan BBM juga memengaruhi sektor-sektor usaha yang bergantung pada transportasi. Para pedagang, pengusaha, hingga pekerja lapangan merasa terbebani dengan kondisi ini.
Kelangkaan ini menjadi masalah berkelanjutan yang semakin memperburuk kesejahteraan masyarakat, mengingat pasokan BBM yang tidak stabil berpotensi memicu inflasi, terutama pada harga barang-barang yang membutuhkan transportasi sebagai faktor utama dalam distribusinya.
Apa Langkah Pemerintah dan Pertamina?
Masyarakat berharap agar pemerintah daerah segera turun tangan untuk mencari solusi jangka panjang terhadap kelangkaan BBM yang terus berulang.
Koordinasi antara pemerintah kabupaten dan pihak Pertamina menjadi hal yang sangat diharapkan agar pasokan BBM dapat terjaga dengan baik, terutama di tengah meningkatnya jumlah kendaraan yang membutuhkan bahan bakar setiap hari.
Kelangkaan ini juga menuntut adanya pengawasan dan penataan distribusi yang lebih baik agar masyarakat dapat memperoleh BBM dengan harga yang wajar dan tanpa antrean panjang yang merugikan.
Untuk itu, perbaikan sistem distribusi dan pemantauan pasokan menjadi langkah strategis yang harus segera dilakukan.
Menuju Solusi yang Berkelanjutan
Selain itu, masyarakat berharap agar pemerintah daerah dapat melakukan evaluasi menyeluruh terhadap pola distribusi BBM dan juga menyusun langkah-langkah preventif agar kejadian serupa tidak terulang di masa depan.
Pasokan BBM yang stabil tentu akan mendukung kelancaran kegiatan masyarakat, mempermudah akses transportasi, dan mendongkrak roda perekonomian setempat.
Namun, untuk mencapainya, tidak cukup hanya dengan langkah sporadis. Kolaborasi antara pemerintah daerah, Pertamina, dan masyarakat sangat dibutuhkan untuk menciptakan tatanan energi yang lebih efisien, adil, dan merata di seluruh Kabupaten Belitung Timur.
Tantangan yang Harus Diatasi Bersama
Kelangkaan BBM di Belitung Timur bukanlah masalah baru, namun tetap menjadi masalah besar yang mengganggu kehidupan masyarakat.
Dalam konteks ini, tantangan terbesar adalah bagaimana pemerintah daerah dan pihak terkait dapat mengelola dan mengatur distribusi BBM dengan lebih baik, sehingga tidak ada lagi antrean panjang yang mengganggu mobilitas warga.
Diperlukan solusi yang lebih inovatif dan konstruktif agar kelangkaan ini tidak lagi menjadi masalah yang terus berulang.
Pemerintah bersama Pertamina harus segera mencari jalan keluar yang menyeluruh, guna memastikan kebutuhan energi masyarakat dapat dipenuhi dengan adil dan merata.
“Kami sebagai masyarakat sangat resah, karena BBM ini kan kebutuhan penting. Tidak bisa ke mana-mana kalau tidak ada BBM.
Tolonglah pemerintah, masa langka terus,” kata Raisa, yang mewakili banyak warga lainnya yang mendambakan perubahan nyata. | BeltimKaya.Com | */Redaksi | *** |
oke